Jumat, 23 Maret 2012

Model Pengembangan E-Learning



A.    Pengertian Model dan E-Learning
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI), kata model diartikan sebagai 1 pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari pada sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan; 2 orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis (difoto); 3 orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan; 4 barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) tepat benar seperti yang ditiru. Dalam makalah ini, yang dimaksudkan dengan model adalah pada arti yang pertama yakni sebagai pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari pada sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.
Sedangkan menurut Sihabudin, Model adalah tema yang cukup problematik dan digunakan secara berbeda-beda oleh tiga komunitas. Pertama, para praktisi cenderung menggunakan “model” dalam arti“pendekatan belajar dan mengajar”. Contoh, mereka mungkin berbicara tentang penggunaan “problem-based (berbasis masalah)”, “outcome-based (berbasis keluaran)”, atau secara spesifik lebih popular dengan pendekatan konstruktivistik ketika merencanakan materi dan pembelajaran. Kedua, para peneliti cenderung menggunakan “model” dalam arti sebuah cara untuk menjelaskan atau mengeksplorasi sesuatu yang terjadi di dalam konteks belajar. Ketiga, komunitas pengembangan teknik dan standar menggunakan “model” dalam arti sebuah cara untuk menyusun representasi seperti pemberian kode. Dari dua pengertian diatas maka yang dimaksud dengan model adalah pola representasi dari sesuatu yang akan dirancang.
Secara etimologis e-learning terdiri dari huruf e yang merupakan singkatan dari eletronic dan kata learning yang artinya pembelajaran. Dengan demikian, e-learning bisa diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan perangkat eletronik, khususnya perangkat komputer. Fokus penting dalam e-learning adalah proses belajaranya (learning) itu sendiri dan bukan pada electronic karena elektronik hanyalah sebagai alat bantu saja. Pelaksanaan e-learning menggunakan bantuan audio, video, dan perangkat komputer atau kombinasi ketiganya (Munir, 2009: 169).
Terdapat beberapa pengertian e-learning menurut pendapat para ahli teknologi pendidikan. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain [Hartley, 2001]. E-learning (electronic learning) adalah pembelajaran baik secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti internet, intranet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan lain-lain (Lende, 2004).
Salah satu definisi umum dari e-learning diberikan oleh Gilbert & Jones (2001), yaitu: pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti Internet, intranet/extranet, satellite broadcast, audio/video tape, interactive TV, CD-ROM, dan computer-based training (CBT). Definisi yang hampir sama diusulkan juga oleh the Australian National Training Authority (2003) yakni meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media elektronik seperti internet, audio/video tape, interactive TV and CD-ROM guna mengirimkan materi pembelajaran secara lebih fleksibel (Surjono, 2010: 4)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah model pembelajaran yang memanfaatkan berbagai perangkat elektronik sebagai sarana/media pembelajaran. Perangkat elektronik yang dimaksud mencakup perangkat hardware seperti komputer, video, tape, radio, televisi, handphone, maupun perangkat software seperti jaringan komputer dan/atau internet. materi e-learning tidak hanya didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal  ataupun internet, tetapi juga didistribusikan secara off-line menggunakan media CD/DVD. 
Yang dimaksudkan dengan model pengembangan e-learning adalah pola representasi yang akan digunakan untuk merancang e-learning sehingga dapat manfaatkan oleh user semaksimal mungkin.
B.     Model Pengembangan E-Learning
Terdapat beberapa model pengembangan e-learning. Menurut Jolliffe, dkk., terdapat dua  model utama yakni the mental model dan the cognitif apprenticeship model.
1.         The Mental Model (Model Mental).
The mental models are the conceptual and operasional representations that people develop as they interact with complex systems. Mental model are thouhgt to consist of an awareness of the various component of a systems and are assesed using a variety of method including problem solving, troubleshooting performance, information retention over time, observation and user predictions regarding performance (Jolliffe dkk,  2001: 22).
Model mental diartikan sebagai penyajian-penyajian konseptual dan operasional yang dikembangkan ketika orang berhubungan dengan sistem yang kompleks. Model-model mental merupakan pemikiran yang terdiri atas kesadaran terhadap berbagai komponen dari suatu sistem dan dievaluasi menggunakan berbagai metode termasuk pemecahan masalah, mencari dan memecahkan persoalan, ingatan informasi, pengamatan dan prediksi pengguna (user) terhadap pengetahuan capaian. Model mental nampak lebih dari sekedar peta struktural dari berbagai komponen.
Terdapat beberapa komponen dalam model mental antara lain :
a.    Structural knowledge
Merupakan pengetahuan tentang konsep struktur domain pengetahuan dan diukur melalui jaringan dan peta atau lingkaran-lingkaran konsep. Metode ini berasumsi bahwa pengetahuan dapat dibentuk menggunakan simbol.
b.    Performance knowledge
Bertujuan untuk menilai pengetahuan capaian dimana pebelajar diberi tugas-tugas pemecahan masalah untuk menguji kesan visual mereka.
c.    Reflective knowledge
Disini pebelajar bisa menunjukkan kepada yang lain bagaimana cara melaksanakan suatu tugas tertentu. Dengan cara ini, pebelajar pertama harus membuat daftar perintah, deskripsi tugas  dan diagram alur untuk menmguji gambaran mentalnya.
d.   Image of system
Merupakan kenyataan dari model pebelajar yang khas dinilai dengan meminta pebelajar untuk mengartikulasikan dan memvisualisasikan bentuk-bentuk fisik.
e.    Metaphor
Seperti juga gambar-gambar, pembelajar akan sering menghubungkan sistem baru dengan pengetahuan ada sehingga dapat dilihat orang lain.
f.     Executive knowlegde
Bertujuan untuk memecahkan permasalahan, pembelajar harus mengetahui kapan mengaktifkan dan menerapkan sumber daya kognitif yang diperlukan.
2.         The Cognitif Apprenticeship Model (Model Belajar Magang Kognitif)
Cognitive apprenticeship is based on various conditions for learning, for example : learning takes place within a context of meaningfull, ongoing activities with a need for learners to receive immediate feedback on their success; other people can and do serves oa models for imitative learning and provide structure to and connections betwen learners’ experiences; the concept of learning  being fungtional; and the idea that the need for and purpose for learning are often explicitly stated (Jolliffe dkk, 2001: 23).
Model belajar magang kognitif berdasarkan pada berbagai kondisi-kondisi belajar misalnya belajar berlangsung dalam konteks aktivitas yang berkelanjutan, penuh arti dimana pembelajar perlu menerima umpan balik segera. Orang lain dapat bertindak sebagai model-model yang menyediakan bentuk yang dihubungkan dengan pengalaman pembelajar; konsep belajar fungsional dengan tujuan belajar yang tegas.
Model belajar magang tradisional biasanya memberi peluang untuk latihan. Karakteristik model belajar ini antara lain: gagasan bahwa pekerjaan adalah daya penggerak, dan penguasaan progresif terhadap tugas-tugas dihargai sebagai nilai penyelesaian pekerjaan; ketrampilan-ketrampilan tertentu diawali dengan belajar tugas; belajar dipusatkan pada capaian (perfomance) dan kemampuan untuk melakukan sesuatu; dan standar pencapaian diaktualisasikan dalam pekerjaan nyata.
Sesuatu yang dapat dijadikan teladan dalam metodologi belajar tradisional yakni menyediakan satu dasar pijakan untuk penggunaan model belajar magang kognitif dalam pengembangan materi print dan Web-based. Model ini mengabaikan perbedaan-perbedaan antara pendidikan dan pelatihan dan membantu pembelajar untuk menjadi seorang ahli
Sihabudin dalam http://ejournal.sunanampel.ac.id/index.php/Nizamia/article/view/301  menguraikan dua contoh model pengembangan e-learning yakni model pengembangan e-learning dengan pendekatan knowledge Management (KM) dan model pendekatan e-learning dengan pendekatan Moodle.
1.         Model Pengembangan E-Learning Dengan Pendekatan Knowledge Management
Knowledge Management (KM) dapat didefiniskan sebagai satu set (himpunan) intervesi orang, proses dan tool (teknologi) untuk mendukung proses pembuatan, pembau-ran, penyebaran dan penerapan pengetahuan. Pembuatan pengetahuan adalah proses perbaikan atau penambahan potongan-potongan pengetahuan tertentu selama proses pembelajaran terjadi melalui pengalaman. Pembauran pengetahuan merupakan proses pengumpulan, penyimpanan dan penyortiran dari pengetahuan yang dikembangkan dengan pengetahuan yang dimiliki. Penyebaran pengetahuan adalah proses pengambilan dan pendistribusian pengetahuan untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran yang lain. Penerapan pengetahuan merupakan proses pemanfaatan pengetahuan yang ada untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dikembangkan dalam proses pengalaman, seperti problem-solving, projek atau tugas.
2.         Model Pengembangan E-Learning Dengan Pendekatan Moodle.
Moodle adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran ke dalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk ke dalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan menggunakan moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment.
Berbagai bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan dalam aplikasi moodle ini. Berbagai sumber dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran. Naskah tulisan yang ditulis dari aplikasi pengolah kata Microsoft Word, materi presentasi yang berasal dari Microsoft Power Point, Animasi Flash dan bahkan materi dalam format audio dan video dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran. resource
Berikut ini beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh Moodle adalah sebagai berikut (1) Assignment. Fasilitas ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada peserta pembelajaran secara online. Peserta pembelajaran dapat mengakses materi tugas dan mengumpulkan hasil tugas mereka dengan mengirimkan file hasil pekerjaan mereka, (2) Chat. Fasilitas ini digunakan untuk melakukan proses chatting (percakapan online). Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat melakukan dialog teks secara online, (3) Forum. Sebuah forum diskusi secara online dapat diciptakan dalam membahas suatu materi pembelajaran. Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat membahas topik-topik belajar dalam suatu forum diskusi, (4) Kuis. Dengan fasilitas ini memungkinkan untuk dilakukan ujian ataupun test secara online, (5) Survey. Fasilitas ini digunakan untuk melakukan jajak pendapat.
Strategi pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Jika disepakati bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet. Ada tiga kemungkinan dalam strategi pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course (Haughey, 1998).
1.         Web Course
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
2.         Web Centric Course
Adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Menurut Munir (2009: 199-200), dalam beberapa kenyataan di lapangan pendidikan, jarang sekali ditemui pembelajaran jarak jauh yang seluruh proses pembelajarannya dilaksanakan dengan e-learning  atau online learning. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diberlakukan blended distance learning (campuran antara online course dan tatap muka). Model pembelajaran jarak jauh dengan pendekatan blended learning  ini perlu dikembangkan dengan tujuan untuk memperluas kesempatan belajar, diantaranya model pembelajaran jarak jauh. Model ini merupakan gabungan pelaksanaan pendidikan konvensional dan IT-Based education.
3.         Web Enhanced Course
model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Dalam  penjelasan selanjutnya tentang strategi pelaksanaan model pembelajaran e-learning, Sihabudin menguraikaan bahwa terdapat empat (4) model yang dapat digunakan dalam pelaksanaan e-learning di sekolah yakni selective model, seqquential model, static station model dan laboratory model.  Selective model dapat dilakukan bila jumlah komputer terbatas, sedangkan sequential model dilakukan juga bila jumlah komputer terbatas dan siswa dalam kelompok kecil bergerak dari satu set sumber informasi ke sumber yang lain. Bahan e-learning digunakan sebagai bahan rujukan atau bahan informasi baru. Jika terdapat beberapa komputer, siswa diberi peluang untuk mendapatkan pengalaman hands-on. Pada static station model, jika jumlah komputer sedikit, guru mempunyai beberapa sumber berbeda untuk mencapai objektif pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan oleh beberapa kelompok siswa manakala siswa lain menggunakan sumber yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Sedangkan pada laboratory model dilakukan jika jumlah komputer mencukupi untuk semua siswa, maka bahan e-learning dapat digunakan oleh semua siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri. Model ini boleh digunakan jika sekolah mempunyai perangkat komputer yang dilengkapi dengan jaringan internet.


Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni :
1.   model pengembangan e-learning adalah pola representasi yang akan digunakan untuk merancang e-learning sehingga dapat manfaatkan oleh user semaksimal mungkin.
2.      Terdapat beberap model dalam pengembangan e-learning seperti model mental, dan model belajar magang kognitif yang diungkapkan oleh Jolliffe dkk, juga model web course, web centric course, dan web enhanced course (Haughey, 1998).
3.      Terdapat empat (4) model yang dapat digunakan dalam pelaksanaan e-learning di sekolah yakni selective model, seqquential model, static station model dan laboratory model



Daftar Pustaka
Jolliffe, Alan, Jonathan Riter & David Stevens. (2001).  The Online Learning Hand Book Developing and Using Web-Based Learning. USA . Kogan Page.
Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung.  Alfabeta.
Sihabudin. (2009). Model-model Pengembangan E-Learning dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.  Diambil pada tanggal 16 Maret 2012, dari http://ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/Nizamia/article/view/301

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa Depdiknas.

Minggu, 18 Maret 2012

Pembelajaran Tematik


Pembelajaran Tematik
1.    Pengertian
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan pada bagian struktur kurikulum SD/MI bahwa pembelajaran pada kelas I sampai kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV sampai kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehinggga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. (Depdiknas, 2006: 5).
Istilah model pembelajaran terpadu sebagai konsep sering dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach. Jadi berdasarkan istilah tersebut, maka pembelajaran terpadu pada dasarnya lahir dari pola pendekatan kurikulum yang terpadu (integrated curriculum approach). (Trianto, 2011: 147).
Beberapa model pembelajaran terpadu adalah the fragmented model, the connected model, the nested model, the webbed model dan berbagai model lainnya. Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antar guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. (Trianto, 2011: 115).
The webbed model of integration views the curriculum through a telescope, capturing an entire constellations of disciplines at once. Webbed curriculums ussually use a fertile theme to integrate subject matter, such as inventions. Model webbed memandang kurikulum melalui sebuah teleskop, memotret semua kumpulan bidang studi pada saat bersamaan. Model ini biasanya menggunakan tema yang besar untuk memadukan bidang studi.  (www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_199110_fogarty.pdf
Sedangkan menurut Fogarty (1995: 185), webbed curricula commonly use the thematic approach to integrate subject matter. Broad themes such as change, cultures, discovery, enviroments, interaction, invention, power, systems, time and work provide a greater opportunity for teachers of various disciplines to find common topic, concepts and skills. Dalam model web biasanya menggunakan pendekatan tematik untuk memadukan materi pelajaran. Tema besar seperti perubahan, budaya, penemuan, lingkungan, interaksi, kekuatan, sistem, waktu dan pekerjaan menyediakan peluang besar bagi guru dari berbagai disiplin ilmu  untuk menemukan topik, konsep dan ketrampilan yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik ini, siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah mereka pahami.
2.    Landasan Pembelajaran Tematik
Dalam teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget diuraikan bahwa tahapan perkembangan intelektual anak meliputi sensori motor, pra operasional, operasional konkrit dan operasional formal. Siswa sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkrit sehingga proses pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan karakteristik dan ciri perkembangan anak pada tahap ini. Para pakar psikologi menguraikan bahwa perkembangan siswa SD terutama pada kelas-kelas awal masih bersifat holistik dan terpadu. Oleh karena pembelajaran perlu dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran.
Menurut Trianto (2011: 3101-106), pembelajaran tematik berangkat dari tiga (3) landasan yaitu landasan filosofis, landasan psikologis dan landasan yuridis.
a.         Landasan filosofis
Pembelajaran tematik berlandaskan pada filsafat pendidikan progresivisme, sedangkan progresivisme bersandarkan pada filsafat naturalisme, realisme dan pragmatisme. Selain itu, pembelajaran tematik juga bersandar pada filsafat pendidikan konstruktivisme dan humanisme.  
b.        Landasan psikologis
Secara teoritik maupun praktik, pembelajaran tematik berlandaskan pada psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama untuk menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamanya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Sedangkan psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa mempelajarinya.
c.         Landasan yuridis
Dalam penerapannya, pembelajaran tematik diperlukan payung hukum sebagai landasan yuridisnya. Payung hukum yuridis adalah sebagai legalitas penyelenggaraan pembelajaran tematik, dalam arti bahwa pembelajaran tematik dianggap sah bilamana telah mendapatkan legalitas formal. Landasan yuridis tersebut adalah UUD 1945, UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3.    Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Depdiknas (2006: 6), pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :
a.         Berpusat pada siswa
       Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas atau subyek belajar; sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
b.        Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
       Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada suatu yang nayat (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang abstrak.
c.         Pemisahan mata  pelajaran tidak begitu jelas
       Mengingat  tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka  batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan lingkungan siswa.
d.        Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e.         Bersifat fleksibel
       Pembelajaran tematik bersifat fleksibel dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f.   Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif, reatif, efektif dan menyenangkan.
4.    Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik
Secara umum, prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa prinsip yakni prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi yang secara rinci akan diuraikan seperti berikut :
a.         Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b.        Tema harus bermakna dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis dan mewadahi sebagian besar minat anak.
c.         Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, ketersediaan sumber belajar dan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).
d.        Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam pembelajaran.
e.         Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
f.         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation) disamping bentuk evaluasi lainnya.
g.        Guru harus mampu bereaksi terhadap aksi siswa dalam setiap peristiwa dan  tidak mengarahkan aspek yang sempit, tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna (Trianto, 2011: 154-156).
5.    Keunggulan Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai bagian dari pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai yakni :
a.         Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tertentu.
b.        Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c.         Pemahaman materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d.        Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
e.         Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
f.         Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.
g.        Guru dapat menghemat waktu, sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi (Trianto, 2011: 153).  
Departemen Pendidikan dan Kebudayan (1996) menguraikan bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan yakni :
a.         Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
b.        Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
c.         Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
d.        Ketrampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
e.         Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak.
f.         Ketrampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Ketrampilan sosial ini antara lain : kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan. Menurut Puskur Balitbang Diknas (2002: 9), beberapa keterbatasan pembelajaran tematis antara lain adapat ditinjau dari beberapa aspek yakni aspek guru, peserta didik, sarana dan sumber pembelajaran, kurikulum, penilaian dan aspek suasana pembelajaran. Memiliki keterampilan yang tinggi   serta tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat merupakan contoh keterbatasan dari aspek guru.



Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta. Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Strategi  Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Jakarta. Depdiknas.

Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Pallatine, Illionis. IRI/Skylight Publishing, Inc.

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher

Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi anak usia dini TK/RA & anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta. Kencana.

Fogarty, Robin. (Oktober 1991). Ten Ways to Integrate Curriculum.  Diambil pada tanggal 16 Maret 2012, dari http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_199110_fogarty.pdf

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

Puskur Balitbang Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik. Jakarta. Depdiknas.



Pengaruh Hereditas pada Perkembangan
A.    Prinsip-prinsip Hereditas
        Proses penurunan sifat setiap makhluk hidup dari orang tua pada keturunannya disebut hereditas. Proses tersebut melibatkan beberapa komponen, antara lain kromosom, gen dan asam nukleat (DNA, RNA). Untuk memahami kinerja hereditas ini, maka perlu dipahami beberapa istilah terkait seperti konsepsi, genotip, fenotip, zigot serta kromosom dan gen.
  1. Konsepsi adalah the moment of fertilization, when a sperm penetrates an ovum forming a zygote. Konsepsi diartikan sebagai peristiwa fertilisasi yaitu keadaan dimana sel sperma menembusi sebuah sel telur/ovum dan membentuk zigot.
  2.  Zigot adalah a single cell formed at conception from the union of a sperm and an ovum. Zigot diartikan sebagai sebuah sel tunggal yang dibentuk pada saat konsepsi dari perpaduan sel sperma dan sel telur.
  3.  Sedangkan genotip adalah the genetic endowment that an individual inherits. Genotip adalah sumbangan genetik yang diwariskan dari seseorang kepada keturunannya. Masing-masing individu memiliki genotip yang berbeda-beda.
  4. Fenotip adalah the ways in which a person’s genotipe is expressed in observable or measurable characteristics. Fenotip diartikan sebagai cara genotip seseorang diekspresikan dalam karakteristik yang dapat diamati dan diukur. Contoh fenotip adalah warna kulit, bentuk hidung, jenis rambut, tinggi badan dan lainnya.
  5. Kromosom adalah a threadlike structure made up of genes; in human there are 46  chromosomes in the nucleus of each body cell.  Kromosom diartikan sebagai struktur benang pembentuk gen. Pada manusia terdapat 46 kromosom dalam nukleus sel tubuh, yang terdiri atas 22 pasang kromosom tubuh atau autosom dan satu pasang kromosom seks atau genosom.
  6. Gen merupakan  hereditary blueprints for development that are transmitted unchanged from generation to generation. Gen terdiri atas materi genetika yang berisi pesan-pesan kimia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga mempunyai sejumlah ciri individu yang sama dengan induknya. 
1.         Materi/Bahan Genetik
Ketika sel sperma menembusi dinding ovum, sel sperma akan mengeluarkan materi genetiknya, demikian pula dengan sel telur sehingga membentuk sel baru yang disebut zigot. Meskipun ukurannya kecil namun mengandung materi biokimia untuk perkembangan zigot tersebut mulai dari sel tunggal hingga menjadi manusia. Sel zigot yang baru memiliki 46 kromosom yang masing-masingnya terdiri atas ribuan gen yang merupakan unit dasar pewarisan sifat. Gen ini terletak dalam kromosom. Menurut Mendel, gen-gen ini berpasangan yang didapatkan dari orang tuanya. Demikian pula kromosom yang juga berpasangan serta memiliki kesamaan ukuran, bentuk dan fungsinya dalam hereditas. Setiap orang tua memberikan kontribusi 23 kromosom pada setiap anaknya.
Gen-gen yang terdapat pada setiap kromosom juga berfungsi secara berpasangan. Pada hakikatnya, gen tersusun atas sejumlah molekul yang disebut deoxyribonucleic acid/DNA atau asam deoksiribonukleat. DNA is the active substance of genes and thus governs the hereditary of all life. DNA membawa informasi yang diperlukan untuk sintesis protein dan replikasi. Sintesis protein merupakan proses penyusunan protein yang diperlukan oleh sel ataupun virus yang akan digunakan untuk aktivitas dan pertumbuhan. Sedangkan replikasi merupakan proses DNA untuk mengopi diri sendiri untuk diberikan pada masing-masing sel anak atau virus, sekaligus menyampaikan informasi yang diperoleh untuk sintesis protein. Kemampuan mereplikasi diri inilah yang merupakan keunikan DNA.
2.         Pertumbuhan sel zigot dan produksi sel tubuh
Setelah zigot terbentuk dan bergerak menuju rahim/uterus, maka replikasi dimulai melalui proses mitosis. Pada mitosis, bahan inti sel terbagi sedemikian rupa sehingga dari satu sel dihasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing memiliki sifat-sifat genetik yang sama. Pembelahan dimulai ketika zigot terbagi atas dua sel, selanjutnya menjadi empat, empat menjadi delapan, delapan menjadi enambelas dan seterusnya. Sebelumnya, sel menduplikasikan 46 kromosomnya dan selanjutnya bergerak ke arah berlawanan sehingga menghasilkan dua sel baru yang yang identik dengan sel induknya. Ketika seorang anak dilahirkan, dia memiliki jutaan sel melalui pembelahan mitosis yang menghasilkan otot, tulang, organ tubuh dan struktur tubuh lainnya. Pembelahan mitosis terus berlangsung sepanjang hidup.  Secara ringkas, proses mitosis dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Proses pembelahan mitosis
3.         Sel Kelamin
       Selain memiliki sel tubuh, manusia juga memiliki sel kelamin yang berfungsi khusus dalam hereditas untuk memproduksi gamet. Sel kelamin jantan pada testis dan sel kelamin betina pada ovarium memproduksi sel sperma dan sel telur melalui proses meiosis. Pada pembelahan meiosis ini akan dihasilkan  kombinasi hereditas yang baru dan unik. Secara ringkas, rangkaian proses meiosis dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Proses pembelahan meiosis
B.     Focus On Research :
1.         Pindah silang dan pemisahan kromosom selama meiosis
       Pindah silang terjadi pada pembelahan meiosis  dimana dua kromosom yang berdekatan melakukan penukaran materi genetik. Rekombinasi pindah silang memiliki peran yakni meningkatkan variabilitas genetik manusia dari generasi ke generasi yang selanjutnya memberikan proteksi terhadap cacat bawaan, pengurangan penyakit dan tekanan lingkungan lainnya. Proses pindah silang pada kromosom dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3. Proses pindah silang pada kromosom
2.         Kelahiran kembar
       Terdapat dua macam kembar yang secara fundamental sangat berbeda satu dengan lainnya yaitu kembar fraternal atau dizigotik (DZ) dan kembar identik atau monozigotik (MZ).
a.         Kembar fraternal atau dizigotik (DZ)
Dizygotic (fraternal) twins are twins that resul when a mother release two ova at roughly the same time and each is fertilized by a different sperm, producing two zygotes that are genetically different. Kembar ini terjadi karena dua buah sel telur yang kedua-duanya dibentuk pada siklus haid yang sama dan masing-masing dibuahi oleh sebuah spermatozoa yang berbeda sehingga menghasilkan keturunan kembar yang berbeda secara genetik.
b.        Kembar identik atau monozigotik (MZ)
Monozygotic twins is twins who develop from a single zygot that later divide to form two genetically identical individuals. Kembar ini terjadi dari sebuah sel telur yang setelah dibuahi, pada stadium permulaan perkembangannya tumbuh menjadi dua janin (embrio). Kembar monozigotik ini memiliki genotip dan fenotip yang sama. Namun demikian, mereka masih dapat memperlihatkan perbedaan dalam hal sifat-sifat yang langsung dipengaruhi oleh lingkungan misalnya ukuran serta berat tubuhnya sejak lahir atau perbedaan nutrisi yang diberikan.
3.         Pria atau wanita
Telah dijelaskan di awal bahwa kromosom manusia dibedakan atas kromosom tubuh (autosom) dan kromosom seks (genoson). Sel tubuh manusia mengandung 46 kromosom yang terdiri dari 44 (atau 22 pasang) autosom dan 2 (atau 1 pasang) genosom. Pada wanita, kromosom kelamin berupa dua buah kromosom-X (XX), sedangkan pada pria berupa sebuah kromosom-X dan sebuah kromosom-Y (XY).
Terjadinya anak perempuan atau laki-laki secara genetik ditentukan oleh jenis kromosom dari sel sperma (kromosomX atau kromosom-Y) yang membuahi sel telur (ovum). Apabila spermatozoa pembawa kromosom-X (ginospermium) membuahi sel telur (membawa kromosom-X) maka keturunannya memiliki janis kelaim wanita (XX). Namun bila spermatozoa pembawa kromosom-Y yang membuahi sel telur maka jenis kelaminnya adalah laki-laki (XY). 
4.         Bagaimana ekspresi gen?
Terdapat empat pola ekspresi genetik yakni warisan dominan – resesif sederhana, kodominan, warisan pautan seks dan warisan poligenik atau multipel gen.
 Pada pola warisan dominan resesif, prinsip yang digunakan adalah bila satu gen dari pasangan dominan dan satu gen resesif, maka gen yang dominan menggunakan pengaruhnya dengan menolak (mengesampingkan) pengaruh  potensial gen lain, yakni gen resesif. Gen resesif hanya akan menggunakan pengaruhnya bila dua gen dari satu pasangan keduanya sama-sama resesif.
Warisan poligenik adalah suatu prinsip genetik yang menggambarkan interaksi banyak gen untuk menghasilkan suatu karakteristik khusus. Sedangkan kodominan ialah keadaan dimana dua gen dalam keadaan heterozigotakan memberikan pengaruh yang berdiri sendiri.
C.    Penelitian terapan
1.         Contoh sifat dominan dan resesif dalam hereditas manusia
Dominan
Resesif
Kulit berwarna
Rambut ikal
Mata coklat
Rabun jauh
Glukoma
Tidak buta warna
Pendengaran normal
Daun telinga bebas
Metabolisme normal
Polidaktili  (kelebihan jari kaki atau tangan)
Rambut gelap
Katarak
Bulu mata panjang
Bibir tebal
Kulit bersisik
Kerdil
Penyakit Huntington
Berambut
Lesung pipi
Golongan darah A
Golongan darah B
Gumpalan darah normal
Sel darah normal
Fisiologi normal
Fisiologi normal
Albino
Rambut lurus
Mata biru
Penglihatan normal
Normal
Buta warna
Tuli bawaan
Daun telinga melekat
Phenylketonuria
Jumlah jari normal

Rambut terang/merah
Mata normal
Bulu mata pendek
Bibir tipis
Kulit normal
Normal
Normal
Botak/gundul
Tanpa lesung pipi
Golongan darah O
Golongan darah O
Hemofilia
Anemia
Cystic fibrosis
Tay sachs disease

D.    Kelainan hereditas
1.         Kelainan kromosom
Ketika sel kelamin membelah selama meiosis, proses distribusi 46 kromosom menjadi sel sperma atau ovum terkadang mengalami ketidakseimbangan atau dapat dikatakan bahwa gamet yang dihasilkan mungkin memiliki terlalu banyak kromosom atau terlalu sedikit. Jika sel kelamin yang abnormal ini dibuahi, sebagian besar keturunannya bersifat letal atau menimbulkan kematian, mengalami kegagalan dalam perkembangan dan mengalami keguguran secara spsontan.
Kelainan kromosom ini dibedakan atas kelainan kromosom seks dan kelainan kromosom tubuh. Pada kelainan kromosom seks, pria mendapatkan kelebihan kromosom-X atau kromosom-Y sehingga genotipnya bisa berupa XXY atau XYY, sedangkan pada wanita kelainan bisa berupa hanya memiliki satu kromosom-X atau memiliki lebih dari dua kromosom-X sehingga genotipnya bisa berupa XO, XXX, XXXX. Kelainan-kelainan ini juga berdampak pada penampilan fisik, tingkat kesuburan dan kapasitas intelektual.
Pada kelainan kromosom tubuh/autosom, banyak terjadi ketika sebuah sel sperma yang abnormal membuahi ovum yang membawa ekstra autosom sehingga dihasilkan zigot yang mempunyai 47 kromosom (2 kromosom seks dan 45 kromosom tubuh).  Selain itu juga dikenal adanya down syndrom yaitu kelainan kromosom yang disebabkan oleh adanya kelebihan sebuah autosom nomor 21 sehinggga rumusan kromosomnya dapat ditulis 47,XY, + 21 untuk penderita pria dan 47, ZZ, + 21 untuk penderita wanita.
2.         Kelainan genetik
Pada bagan diatas diketahui bahwa kelainan genetik dapat berupa kelainan gen resesif, kelainan gen dominan serta mutasi gen. Sebagian besar kelainan genetik disebabkan oleh pasangan gen yang dominan. Artinya seorang anak akan mengalami kelainan genetik melalui pewarisan gen dominan oleh orang tua. Contoh penyakit terkait penyakit ini adalah penyakit Huntington’s.
Kelainan genetik juga disebabkan akibat adanya mutasi gen yaitu perubahan struktur kimia dari satu atau lebih gen yang menghasilkan fenotip baru. Mutasi dapat juga disebabkan oleh bahaya lingkungan seperti racun limbah industri, radiasi, bahan kimia pertanian yang terdapat pada berbagai makanan serta bahan pengawet makanan. Gen sel sabit atau anemia merupakan contoh mutasi.
3.         Memprediksi, mendeteksi dan memberi perlakuan pada kelainan hereditas
a.        Memprediksi kelainan genetik
       Dapat dilakukan dengan mengikuti genetik konseling yaitu layanan yang dirancang untuk memberikan pandangan dan informasi kepada orang tua tentang penyakit genetik dan membantu menentukan kemungkinan penyakit tersebut diwariskan kepada anaknya. Pihak yang terlibat dalam layanan ini adalah konselor genetik, ahli genetika, peneliti medis atau praktisi seperti dokter anak. Layanan ini bisanya dimulai dengan mengetahui silsilah keluarga dari masing-masing pasangan dan kemudian menentukan peluang atau prosentase memiliki anak dengan kelainan genetik.
b.        Mendeteksi kelainan genetik
Mendekteksi kelainan genetik dapat dilakukan dengan teknik amniosentesis yaitu mengambil cairan amnion dari fetus (bayi dalam kandungan) sebanyak 10-20 cc dengan menggunakan jarum injeksi dan setelah dibiakkan selanjutnya diperiksa kariotipenya. Apabila terlihat adanya 3 buah kromosom tubuh nomor 21 maka dapat dipastikan bayi tersebut mengalami down syndrom. 
Selain cara tersebut, Santrock (1995: 88) mengemukakan beberapa cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan genetik yaitu dengan cara ultrasound sonography, chorionic villus test (CVT) dan alpha-fetoprotein test (AFT).
Ultrasound sonography adalah suatu prosedur medis prakelahiran yang mengarahkan gelombang suara frekuensi tinggi ke perut perempuan yang hamil. Gema dari suara dipindahkan ke bentuk tayangan visual struktur bagian dalam janin. Teknik ini dapat mendeteksi kelainan-kelainan seperti radang otak kecil (microencephaly) yakni suatu bentuk keterbelakangan mental karena otak kecil yang abnormal.
Chorionic villus test (CVT) adalah suatu prosedur medis prakelahiran yang mengangkat suatu sampel kecil ari-ari (plasenta) antara kehamilan minggu ke-8 dan ke-11. Hasil diagnosis yang berlangsung selama 10 hari digunakan untuk menentukan apakah ada kelainan kelahiran dan mengambil keputusan perlu tidaknya dilakukan aborsi. Namun kondisi ini bertentangan dengan isu apakah aborsi perlu dilakukan terhadap janian yang memiliki kelainan (cacat).
Alpha-fetoprotein test (AFT) merupakan suatu teknik diagnostik prakelahiran yang digunakan untuk mengukur tingkat protein alfa darah yang diasosiasikan kelainan saluran syaraf. Tes ini dilakukan pada usia kehamilan antara 14 hingga 20 minggu dan dilakukan hanya bila ibu hamil tersebut beresiko dalam mengasuh anak yang berkelainan dalam pembentukan otak dan sumsum tulang belakang (spinal cord).
c.         Melakukan treatment terhadap kelainan genetik
       Treatmen dapat dilakukan sesuai dengan jenis kelainan genetik yang diderita oleh janin atau bayi. Contoh pemberian treatment dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan dan hormon pada janin yang dideteksi mengalami kelainan genetik (Hunter & Yankowits, 1996), transplantasi sumsum tulang (Hadju & Golbus, 1993), atau memperbaiki secara berkala beberapa cacat genetik bawaan seperti hati, jaringan syaraf, sistem urin, dan sistem respirasi (Yankowits, 1996). Bagi penderita sindrom turner dan klinefelter dapat diberikan terapi hormon agar mereka menjadi lebih normal, sedangkan bagi penderita diabetes dapat melakukan diet dan secara rutin memeriksa kadar gula darah.  
E.     Pengaruh hereditas pada perilaku
1.         Perilaku genetik
Merupakan suatu studi ilmiah tentang bagaimana interaksi genotip dengan lingkungan untuk menentukan ciri perilaku seperti inteligensi, kepribadian dan kesehatan mental. Ahli ilmu genetika perilaku mempelajari landasan biologis timbulnya variasi antar anggota dalam satu spesies. Fokus kegiatan mereka adalah menentukan bagaimana keunikan kombinasi gen yang diwariskan mengakibatkan timbulnya perbedaan satu dengan yang lainnya. Metode yang digunakan dalam melaksanakan tugas ini adalah metode pengembangbiakan selektif (selective bredding) dan studi keluarga (Shaffer & Kipp: 99-100).
Pengembanganbiakan selektif dengan sengaja dilakukan untuk memanipulasi perubahan genetik hewan untuk mempelajari pengaruh hereditas pada perilaku seperti yang dilakukan Gregor Mendel dalam menemukan peran hereditas pada tumbuhan. Contoh selective bredding  adalah seperti yang dilakukan R.C Tryons (1940) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa kemampuan belajar berlari tikus pada medan yang rumit/simpang-siur merupakan kemampuan bawaan. Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Plomin et.al (2001) menunjukkan bahwa gen-gen berkontribusi pada karakteristik perilaku pada tikus dan ayam, seperti tingkat aktivitas, emosional, tingkat agresif dan dorongan seks.
Studi keluarga dapat membantu kita untuk memperkirakan besarnya variasi kemampuan dan perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungan.  Terdapat dua jenis studi keluarga yakni twins design  dan adoption design. Twins design is study in which sets of twins that differ in zygosity (kinship) are compare to determine the heritability of an attribute. Jenis studi kembar ini dimaksudkan untuk mengkaji anak-anak kembar yang berbeda dalam proses pembentukan zigot dan kemudian membandingkannya. Jika gen lebih berpengaruh terhadap sifat seseorang maka kembar identik seharusnya lebih memiliki kesamaan dibandingkan dengan kembar fraternal.
Adoption design is study in which adopteres are  compare with their biological relatives and their adoptives to estimate their heritability of an attribute or attributes. Jenis studi ini mengkaji anak-anak adopsi dan membandingkan antara keluarga biologisnya dan keluarga adopsinya untuk mengestimasi tingkat hereditas suatu sifat atau beberapa sifat/ciri.
2.         Pengaruh hereditas pada perkembangan
       Aspek-aspek apakah yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik? Hampir semua aspek, namun faktor inteligensi dan kepribadian  serta pengaruh lingkungan merupakan aspek yang paling banyak dikaji. Arthur Jensen (1969) dalam tesisnya menyatakan bahwa inteligensi merupakan warisan bawaan dan lingkungaan hanya memainkan peran kecil terhadap inteligensi seseorang. Namun banyak pakar mengecam pendapat ini dengan mempersoalkan definisi inteligensi itu sendiri. Para pengecam berpendapat bahwa tes IQ hanya salah satu faktor. Pemecahan masalah sehari-hari, pekerjaan, penyesuaian sosial merupakan aspek inteligensi lain yang tidak dapat diukur melalui tes intelegensi yang tradisional. Kecaman lainnya bahwa kebanyakan investigasi tentang hereditas dan lingkungan tidak mencakup lingkungan yang berbeda secara radikal. Dengan demikian tidaklah mengherankan jika banyak studi genetik menunjukkan bahwa lingkungan sebagai suatu pengaruh yang agak lemah terhadap inteligensi.  
3.         Teori hereditas dan interaksi lingkungan dalam perkembangan
Para pakar genetika perilaku seperti Scarr & McCartney  (1983), Sandra, Scarr (1992) mengungkapkan bahwa hereditas dan lingkungan berinteraksi dalam 3 cara yaitu :
a.        Passive Genotype/Enviroment Correlations
       Terjadi ketika orang tua yang secara genetik terkait dengan anaknya menyediakan suatu lingkungan pengasuhan yang baik bagi anaknya. The kind of home enviroment that parents provide for their children is influenced, in part, by the parents own’s genotypes (Shaffer & Kipp: 110). Misalnya orang tua yang mungkin memiliki suatu kecenderungan genetik yang cerdas dan terampil membaca. Karena mereka membaca dengan baik dan menyediakan bacaan yang baik untuk anaknya dengan harapan mereka akan menjadi pembaca yang terampil (Santrock, 2002: 96).
b.        Evocative Genotype/ Enviroment Correlations
       Terjadi karena genotip seseorang anak memperoleh tipe lingkungan fisik dan sosial tertentu. Misalnya bayi yang aktif dan mudah tersenyum lebih banyak mendapatkan perhatian dan stimulasi sosial dibandingkan dengan bayi yang pasif dan pendiam. Contoh lain misalnya guru lebih merespon siswa yang atraktif dibandingkan siswa yang pendiam.
c.         Active Genotype/ Enviroment Correlations
       Terjadi ketika anak-anak mencari/memilih lingkungan yang mereka rasakan sesuai dan menggugah minat mereka. Upaya pencarian lingkungan ini disesuaikan dengan kemampuan genetik yang dimiliki. Misalnya anak-anak yang cenderung terampil dalam bidang olahraga akan mencari secara aktif lingkungan olahraga untuk dapat menunjukkan kemampuannya.
Selain pengaruh interaksi antara hereditas dan lingkungan seperti yang sudah diuraikan di atas, pakar genetika perilaku Robert Plomin (1991) juga meyakini bahwa pengasuhan dan lingkungan bersama hanya bertanggung jawab atas sedikit variasi pada kepribadian atau minat anak. Atau dapat dikatakan bahwa walaupun dua anak tinggal serumah dengan orang tua yang sama, kepribadian mereka sering sangat berbeda.
4.         Kontribusi dan kritikan pendekatan perilaku genetik
       Perilaku genetik memiliki pengaruh yang kuat dalam perkembangan manusia yang ditunjukkan dengan banyaknya sifat/ciri yang awalnya dikira hanya bergantung pada pengaruh lingkungan, namun dipihak lain juga ditentukan oleh genetik.  Kenyataan ini juga mematikan perdebatan nature vs nurture yang menunjukkan bahwa dua sumber ini saling menjalin secara kompleks. Perilaku genetik telah dikritik sebagai suatu teori perkembangan yang kurang lengkap yang hanya menggambarkan tetapi gagal menjelaskan bagaimana gen dan lingkungan mempengaruhi kemampuan dan karakter kita. 



Daftar Pustaka
Shaffer, David R. (2010). Developmental Psychology Childhood & Adolescence Eighth Edition. Wadsworth.  USA.
Santrock, John W. (1995). Life-Span Development, 5E. Perkembangan  Masa Hidup, Edisi ke-5, Jilid I. BrownCommunication, Inc. USA.
Suryo. (2008). Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Vanden Zanden, James Wilfrid. (1985).  Human Development Third Edition. Alfred A. Knopf, Inc. New York.
Priadi, Arif.  (2009). Biology 3 Senior High School Yer XII. Yudistira. Jakarta.